Belajar Qonaah dari Kesederhanaan Hidup Rasulullah Muhammad SAW


Seseorang yang memiliki sikap qanaah akan menerima dengan ikhlas semua pemberian Allah SWT. Dan senantiasa yakin dan berprasangka baik bahwa Allah telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan kita. Oleh karena itu, ia akan selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Bersifat qanaah berarti menerima ketentuan Allah dengan sabar, dan menarik diri daripada kecintaan kepada dunia. Iman, kesederhanaan dan qanaah adalah sesuatu yang tidak boleh dipisahkan. Seorang mukmin akan bersikap sederhana dalam hidupnya, dan kesederhanaan itu ditunjukkan dalam sifat qanaahnya.

Mari kita lihat kesederhanaan hidup Rasulullah SAW. Kehidupan Nabi Muhammad SAW sangat sederhana. Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah saw sedang beristirahat di rumahnya sambil berbaring di atas tikar yang diperbuat daripada daun-daun tamar (kurma). Tiba-tiba, seorang sahabatnya yang bernama Ibn Mas`ud datang mengunjungi Rasulullah SAW. Karena pada saat itu Rasulullah tidak memakai baju, maka Ibn Mas`ud melihat bekas anyaman tikar itu melekat di tubuh Rasulullah saw. Melihat keadaan yang demikian, Ibn Mas`ud bersedih dan menitiskan air mata. Beliau berkata di dalam hatinya: Tidak patut seorang kekasih Allah, seorang pemimpin negara dan seorang panglima tentera hidup dengan cara demikian.


Ibn Mas`ud pun berkata: "Ya Rasulullah, bolehkah saya membawakan tilam ke sini untuk Tuan?''

Rasulullah menjawab, "Wahai Ibn Mas`ud, apalah arti kesenangan hidup di dunia ini bagiku. 

"Hidup di dunia ini bagiku bagaikan seorang musafir dalam perjalanan jauh, lalu dia singgah sebentar berteduh di bawah pohon kayu yang rindang untuk berehat. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh dan tidak berpenghujung.''

Dalam suatu peristiwa lainnya, ketika Rasulullah menikahkan puterinya, Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Pada masa itu Rasulullah menjemput Abu Bakar, Umar dan Usamah untuk membawakan 'persiapan' Fatimah. Mereka tertanya-tanya apakah yang disiapkan oleh Rasulullah untuk puteri tercinta dan menantunya yang tersayang itu? Ternyata, Rasulullah hanya menyiapkan gandum yang telah digiling, kulit binatang yang disamak, cerek dan sebiji pinggan. Ketika mengetahui hal itu, Abu Bakar menangis.

"Ya, Rasulullah, hanya inikah persiapan untuk Fatimah?'' tanya Abu Bakar tersedu-sedan.

"Ini sudah cukup bagi orang yang berada di dunia,'' jawab Rasulullah menenangkannya. Kemudian Fatimah keluar dari rumah dengan memakai pakaian pengantin yang cukup bagus, tetapi mempunyai 12 tambalan. Tiada perhiasan yang berharga mahal.

Setelah menikah, Fatimah sentiasa menggiling gandum, membaca al-Quran, menafsirkan kitab suci dengan hatinya, dan menangis. Itulah sebahagian daripada kemuliaan diri Fatimah. Walimah pernikahan puteri Rasulullah itu memang sederhana karena kesederhanaan adalah sebagian kehidupan Rasulullah sendiri. Rasulullah ingin menunjukkan kesederhanaan dan sifat qanaah (puas hati), yang merupakan kekayaan yang hakiki. Dan bersikap iffah dari segala kekurangan untuk tidak meminta-minta.

Rasulullah pernah bersabda: "Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan iman dan dicerminkan dalam sifat qanaah”. Seandainya setiap muslim mengaplikasikan sikap qonaah dalam kehidupannya, maka niscaya akan menyelamatkan kehidupannya dari tindak korupsi, terbelit hutang yang tidak berkesudahan dan bersikap mubazir. Juga tidak akan berat dalam beramal shaleh dengan rizki yang dia dapatkan.

Sikap qanaah bukan berarti bersikap putus asa dalam mencari rizki Allah SWT. Manusia harus tetap berusaha mencari rizki Allah dengan cara-cara yang baik sesuai dengan kemampuannya dengan cara-cara yang halal. Apapun hasil dari usaha itu harus diterima dengan lapang dada seraya berserah diri kepada Allah SWT. 


Wallahu a’lam bish shawab.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Terindah Dari Doa Nabi Sulaiman AS

12 Ayat Al Qur’an Telah Dibuktikan Secara Ilmiah. Salah Satunya Tumbuhan Bertasbih

Jangan Malu Terlihat Miskin, Malulah Saat Pura-Pura Kaya, Bagikan Jika Setuju!