Selalu Ada Hikmah Dibalik Musibah
Sahabat Islam-Inspirasiku...
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud “Tanda-tanda hari kiamat adalah banyaknya orang-orang yang awam tentang agama dan mereka diangkat jadi pemimpin, semakin sedikit orang yang memahami Islam, dan semakin banyak orang tewas dalam musibah.”( Riwayat Imam Muslim, bab Ilmu Hadits No.2672 )
Takhrij Hadits
Hadis ini termasuk Hadis Shohih karena diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang hanya meriwayatkan Hadis-hadis Shohih. Hadits ini juga diriwayatkan sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ra.
Musibah sebagai fitnah Sesungguhnya, bila kita mempelajari tanda-tanda kiamat dalam hadis-hadis Nabi, banyak yang telah terjadi namun kita tak menyadarinya. Beberapa di antaranya mengungkapkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah “an talida al-amatu robbataha” (budak yang melahirkan tuannya). Di kehidupan modern sekarang ini, kita lihat betapa banyak perempuan yang sibuk di luar rumah sampai tak sempat lagi mengurus rumah. Kemudian mereka ‘meminta’ ibunya mengurus rumah tangganya, seperti mengasuh anak dan sebagainya.
Sesungguhnya, bila kita mempelajari tanda-tanda kiamat dalam hadis-hadis Nabi, banyak yang telah terjadi namun kita tak menyadarinya. Beberapa di antaranya mengungkapkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah “an talida al-amatu robbataha” (budak yang melahirkan tuannya). Di kehidupan modern sekarang ini, kita lihat betapa banyak perempuan yang sibuk di luar rumah sampai tak sempat lagi mengurus rumah. Kemudian mereka ‘meminta’ ibunya mengurus rumah tangganya, seperti mengasuh anak dan sebagainya.
Peristiwa yang terjadi di Aceh sebetulnya persis kiamat dalam skala terbatas. Ketika saya sampai di Aceh pada hari keempat setelah musibah, mayat berserakan di mana-mana, yang selamat hanya rumah-rumah Allah. Benar-benar pemandangan kiamat kecil. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kiamat yang sebenarnya. Beruntunglah orang-orang yang melihat peristiwa itu. Mudah-mudahan bisa jadi ibroh sepanjang hidup tentang betapa kerdilnya kita disisi-Nya. Tidak ada yang selamat, kecuali yang diselamatkan Allah.
Kondisi semacam ini sebenarnya juga sudah disinyalir Rasululllah. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. “…dan akan timbul fitnah dan banyaknya kekacauan’ mereka bertanya ‘ya Rasulullah apakah itu?’ Beliau menjawab,’ banyaknya manusia yang terbunuh dan tewas’”(Ibnu Asakir hal.321)
Rasulullah juga bersabda “Sesungguhnya aku melihat banyak sekali korban yang tewas, dan ada yang terjadi disela-sela rumah kalian, dan yang berjatuhan begitu banyak seperti banyaknya tetesan hujan yang berjatuhan “(Al-Bukhori, juz 8 hal 53)
Sebagai sebuah pertanda, maka hendaknya peristiwa di Aceh tersebut akan meningkatkan keimanan dan memperbaiki amalan kita. Begitu pun sebagai sebuah musibah, hendaknya ada hikmah yang bisa kita petik, juga untuk perbaikan diri kita.
Imam Ar-Rhagib Al Isfahani, dalam kitabnya Mufradat Al Quran, berpendapat cobaan yang yang menimpa manusia datangnya bisa dari Allah dan bisa juga terjadi karena perbuatan manusia sendiri seperti perang atau saling membunuh. Semuanya disebut fitnah atau musibah. Beliau juga menambahkan bahwa Allah menurunkan fitnah dan musibah kepada hambanya, berupa azab, musibah, korban jiwa dan kerusakan alam karena ada hikmah. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana seorang hamba mendapatkan pelajaran berharga dari setiap peristiwa. Namun kadang-kadang manusia sering hanyut dalam kesedihan tanpa merasakan sentuhan robbani dan pelajaran berharga dari musibah yang dialaminya.
Manakala Allah menimpakan musibah pada seseorang atau suatu kaum, salah satu ihwalnya adalah sebagai ujian bagi mereka. Ujian merupakan sunnatullah.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan:’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”(QS Al-Ankabut :2)
“Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak bertaubat dan tidak mengambil pelajaran?”[Q.S Al-Baqoroh:126]
Allah Ta’ala menjelaskan bentuk–bentuk musibah tersebut antara lain. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:155)
Allah menyebutkan dengan ungkapan sedikit ketakutan, sedikit kelaparan, sebagai ungkapan perbandingan saat datangnya kiamat kelak yang pasti akan lebih dahsyat. “Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan menjadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya “(QS Al-Infithar :1-6)
Di balik musibah gempa dan tsunami di Aceh
Peristiwa yang teramat memilukan ini paling tidak harus disikapi sebagai 3 hal. Pertama, sebagai ujian. Ujian yang Allah berikan tentunya ada hikmahnya antara lain meninggikan derajat orang-orang beriman. Ketika Imam Syafii ditanya, apa mungkin seorang mendapat amanah dan tamkin (pengukuhan kepemimpinan dari Allah) tanpa mendapat ujian dan rintangan berat. Beliau menjawab ‘tidak mungkin’. Oleh Karena Allah telah memberikan ujian berat kepada para Nabi , khususnya Ulul Azmi. Itu bukan karena Allah benci, sebaliknya karena Allah sangat menyayangi mereka.
Maka tantangan yang harus dihadapi oleh saudara-saudari di Aceh adalah untuk mengambil peran ke depan mengembalikan izzatul Islam. Jangan sampai Masjid Raya Baiturrahman yang agung ditinggalkan ummat karena banyaknya saudara-saudara kita yang eksodus.
kedua adalah bahwa Allah tengah menunjukkan kekuatan-Nya. Pertama, kekuatan yang tidak kelihatan berupa malaikat-malaikat yang siap diperintah Allah kapan saja. “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.“ (Al Ahzab :9). Kekuatan kedua, berupa gejala alam yang bisa langsung dilihat manusia seperti, banjir, kekeringan, badai, gempa, angin topan, penyakit menular dan sebagainya. Semuanya dimaksudkan agar manusia sadar dan mengevaluasi tingkah laku yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Memang, seringkali manusia sadar ketika sudah ditimpa musibah.
Kita tahu di Aceh banyak orang baik dan di antara mereka sudah berpulang karena musibah tersebut. Bukan tak mungkin beberapa bentuk dosa, kecil atau besar, pernah mereka lakukan. Maka musibah diturunkan untuk mengurangi dosa-dosa, seperti yang dijelaskan dalam beberapa hadits Nabi, sebagai tanda kasih sayang Allah kepada kita.
ketiga adalah Allah ingin membedakan orang mukmin yang hakiki. Hal itu karena banyak orang yang mengaku muslim namun berprilaku sebagaimana bukan muslim. Misalnya korupsi, dalam segala besar maupun kecil, yang masih saja terjadi di wilayah yang jelas-jelas telah mendeklarasikan Syariat Islam ini. Bahkan ada pula muslim Aceh yang merayakan Natal bersama umat Kristen. Belum lagi berbagai prilaku lain yang tak sesuai dengan syariat Islam.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).“(QS As Syura:30)
Betapa beratnya tanggung jawab di hadapan Allah, ketika kita sudah berjanji untuk menerapkan Syariat Islam. Dalammelaksanakannya tidak boleh setengah hati. Totalitas dan ketulusan kita semua jadi modal untuk memperjuangkan Islam ke depan. Apalagi banyak juga orang yang bermain di balik layar, yang pada hakikatnya dalam jangka panjang sangat merugikan masyarakat Aceh sendiri. Akhirnya marilah kita mengambil pelajaran berharga dari peristiwa ini. Semoga Allah mengampuni kita semua. Amin.
Iskan Qolba Lubis
Komentar
Posting Komentar